Bagi
ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an
banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk
melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam
semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan
dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal
fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an
memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah
diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia
bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode,
mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam
peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan
masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu. Sebagaimana
firman Allah berikut ini:
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi
...”( QS. Yunus ayat 101)
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah;
Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)
Dalam
al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia
menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena
alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah
Al-Qur`an
menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga
manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan
memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur
dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql.
Al-Qur`an
merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai
persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus
alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan
dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan
demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan
secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma
menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau
teknologi yang Qur’anik.
Banyak
ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti
wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis,
melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia.
Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat
dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20:
أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
Artinya:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)
Dari
ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu
kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu
tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani,
melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
وَمِنْ كُلِّّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ اْلأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لاَ يَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)
Dari
ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara
berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif,
wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya pasangan elektron dan
positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air
production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga
di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk
melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang
tadinya belum terungkap menjadi terungkap.
b. Al-Quran Sebagai Prediktor
Beberapa
ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang
baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan
mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini
merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip,
maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi
dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:
ظَهَرَ الْفَسَادَ فِي اْلبَرِّّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)
قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَأَبَا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوْهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تَأْكُلُوْنَ (47) ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تُحْصِنُوْنَ (48)
Artinya:
"Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana
biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya
kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh
tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang
kamu simpan. (QS. Yusuf: 47-48)
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6) إِنَّ الَّذِيْنَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا ْالأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya.
mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya. (Qs. Bayinah: 6-8)
c. Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi
Al
Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan
penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut
ini:
يَا
مَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ
أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ فَانْفُذُوا لاَ تَنْفُذُون إِلاَّ
بِسُلْطَانٍ
Artinya:
Hai sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى اْلأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(QS. As Syu’ara: 7)
Islam
tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu
pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius,
profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam
semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan
teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia
untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa
ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain).
Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa
yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu
merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa
high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high tech
akan dapat diraih.
Perhatikan firman Allah berikut ini:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ اْلأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَاْلأَنْعَامُ حَتىَّ إِذَا أَخَذَتِ اْلأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنْهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيْدًا كَأَنْ لَّمْ تَغْنَ بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air
(hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya)
karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia
dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya
azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan
belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)
e. Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek
Pada
teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil
teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi
namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia,
menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi
bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi
merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan
FirmanNya:
وَابْتَغِ فِيْمَا آَتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi.
Dalam
kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu
untuk meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa
genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi
memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa jagad raya
ini.
Kemudian
dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan
penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu
berbagai macam teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic
makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan
dan memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan. Sementara sanat Islam
berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia
Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.
semoga bermanfaat bagi penulis dan yang membaca
ReplyDelete